Senin, 02 Mei 2016

ELISA (Enzim Linked Immunosorbent Assay)

Pada pengembangan teknologi diagnostik maupun penelitian penyakit ikan, banyak pilihan metode yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mendapatkan hasil yang optimal, tetapi tidak sedikit yang terbentur pada tingkat sensitivitasnya.  ELISA (Enzim Linked Immunosorbent Assay) adalah salah satu metode yang sensitif untuk mendeteksi antibodi, antigen, hormon maupun bahan-bahan toksik. Metode ini merupakan pengembangan dari sistem deteksi dengan imunofluoresen atau radioaktif.
Immunoassay enzim yang secara khusus disebut ”uji kadar imunosorben terikat enzim” atau ELISA ini merupakan uji serologis yang digunakan untuk imunodiagnosis infeksi oleh virus, bakteri, parasit dan antigen mikrobial lainnya. Disamping mempunyai tingkat pekanya seperti Radioimmunoassay (antigen dan antibodi terdeteksi pada taraf sekitar 10-10 g), immunoassay enzim ini lebih murah, aman dan sederhana untuk digunakan, dan dapat diandalkan serta sama tepatnya seperti Radioimmunoassay.
Prinsipnya, ELISA merupakan uji imunokimia cepat yang melibatkan sebuah enzim (protein yang mengkatalisis suatu reaksi biokimia) dan juga melibatkan antibodi atau antigen (kekebalan molekul). Dua macam antibodi yang digunakan dalam ELISA, antibodi pertama (primary antibody) mengikat pada antigen dan antibodi kedua (secondary antibody) atau antibodi antiglobulin mengikat pada antibodi pertama. Antiglobulin ini yang dilabel dengan enzim seperti horseradish peroxidase (HRP) atau alkalin phospatase (AP), yang mempermudah untuk monitor dengan perubahan warna. Adanya reaksi dari enzim ini secara kuantitatif dapat dianalisis.
Metode ELISA pertama kali diperkenalkan oleh Engvall dan Perlmann (1971) dengan cara mengkonjugasikan enzim dalam immunoassay. Karena tingkat sensitivitasnya tinggi terutama untuk tes serologis pada awal infeksi, maka semenjak itu banyak peneliti menggunakan metode ini yang diikuti dengan produksi enzim besar-besaran terutama yang banyak dikomersilkan adalah horseradish peroxidase (HRP), alkalin phospatase (AP), ß-galakotosidase, dan glucose oksidase. Pemilihan enzim tentu saja berdasarkan atas antara lain bersifat homogen, murah, spesifik, dan stabil.
Didasari dari pesatnya perkembangan teknik diagnostik dan peneltian, maka model ELISA berkembang antara lain, direct ELISA, indirect ELISA, sandwich ELISA, lösliche ELISA, fangan ELISA, Reverse ELISA dan sel ELISA. Sedangkan model aplikasinya dapat dipergunakan untuk medeteksi infeksi dini melalui deteksi antigen maupun antibodi dari infeksi virus, bakteri, parasit, dan juga deteksi hormon maupun bahan-bahan toksik. Dalam bidang bioteknologi sering digunakan untuk skrining produksi antbodi monoklonal hasil hibridisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar